Tuesday, January 11, 2011

Celoteh Subjektif Mengenai Arsitektur di Sini


Berbicara arsitektur seperti membicarakan keangkuhan-keangkuhan ‘masyarakat arsitektur’ di tengah ketidaktahuan dan kesemrawutan ke-arsitektur-an Indonesia. Saya sendiri bermimpi menjadi arsitek sementara pembicaraan pada seminar-seminar mengenai identitas kota-kota Indonesia yang tidak mencerminkan ‘Kebudayaan’ dan ‘kearifan lokal’ masyarakat setempat tidak mencapai kesepakatan pasti dan hanya sebatas pembicaraan terkurung dinding-dinding ruang seminar. Itu menurut saya berdasar pada arsitektur adalah cerminan kebudayaan masyarakatnya pada masanya, sehingga kita bisa pahami bagaimana budaya modern kota jakarta dalam semrawutnya pemukiman dengan produk pemukiman kumuh kota, masalah jalan yang beralih fungsi menjadi sungai ketika hujan datang, kemacetan panjang yang mencela inovasi-inovasi jalan layang sebagai solusi kemacetan dan lambang modernisasi kemajuan kota.
Menurut saya arsitektur di Indonesia masih terkesan ekslusif, sehingga karya yang muncul adalah karya yang angkuh menjulang menonjolkan pribadi yang individualis. Rumah susun sebagai solusi pemukiman kumuh tidak menjadi hal istimewa dalam mengatasi masalahnya.
Bukannya saya sok mahasiswa arsitek, tapi hanya sekedar mengevaluasi apa yang telah saya lihat, dengar, rasakan, pelajari sebagai mahasiswa arsitektur yang mau belajar ber-arsitektur di Nusantara. Kami bingung, sebenarnya membicarakan Arsitektur itu harus apa dan bagaimana. Belum masalah teknis Arsitektur yang rumit dan masih dalam proses pembelajaran.
Kalau semuanya butuh proses, inilah bentuk proses belajar saya dalam menjabarkan penyakit-penyakit pikiran.
Kesimpulannya, ketika istilah Arsitektur dan Sekolah Arsitektur masuk di Indonesia adalah awal kita meninggalkan Arsitektur Nusantara. Bukti nyata adalah ketika saya berbicara Arsitektur Tradisional dan seorang awam mengatakan “rumah tradisional itu cukup tinggalkan saja di kampung, ini kota dan modern,...”.
Kita semakin rabun akan sejarah dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi yang tiba-tiba menyerang anak-anak sekolah dan generasi muda pada umumnya. Semakin men-salah-artikan istilah modernitas dalam arsitektur, semakin mencela karya arsitektur nusantara sendiri. Kita sama-sama menyaksikan Benteng Somba Opu segera disulap menjadi Proyek Wahana Permainan Waterboom Dan Kebun Binatang Gowa Discovery Park. Padahal situs tersebut merekam kejayaan sejarah nenek moyang kita dalam mempertahankan tanahnya. Yang menyedihkannya Pemerintah Daerah hanya mempertimbangkan faktor komersilnya saja, karena benteng kebanggaan kita Somba Opu tidak terurus dan terbengkalai sehingga tidak menarik pengunjung lokal dan nonlokal. Dan ........ya......semuanya lalu begitu saja.
Di satu sisi ...
Saya sendiri menjadi korban dalam perang pikiran. media-media entertain tanpa mengenal umur dalam menayangkan pornografi dan porno aksi, kekerasan, dan semua hal berbau mimpi secara tidak langsung diberikan dan diprogram dalam pikiran anak-anak kita yang menjadi generasi penerus. Kenyataannya, sebagian orang ingin berbicara setiap hari seperti pembicaraan tayangan film terpopuler, sebagian orang mengikuti gaya berpakaian dan cara hidup seorang tokoh/artist terganteng di sinetron, padahal belum tentu cocok dengan budaya dan cara kita bersosialisasi. Seorang cewek menggunakan tengtop sambil beraktivitas dalam malam yang dingin di pantai menikmati angin pantai sambil berceloteh “waw dingin juga disini”. Memaksanya deh......
Hehehe....kayaknya jauh melenceng.......
Kembali lagi.
Dalam arsitektur salah satu contohnya adalah WC. Saya yang dari kampung dan kebiasaannya buang air besar di WC jongkok malah aneh dan justru tidak jadi buang air ketika berkunjung di sebuah Hotel yang menggunakan WC duduk. Dan sekumpulan cerita yang saya dengar mengenai hal tersebut, menjadikan saya berpikir masyarakat kita memang dipaksa menganut cara hidup orang barat. Adopsi bulat-bulat segala sesuatunya tanpa filterisasi.Ataukah saya dan sebagian orang yang ketinggalan zaman karena terus membicarakan semuanya di atas kertas dan diskusi-diskusi kecil di warung remang-remang pinggir jalan...?
........


"bukan 'AKU' ,....tapi 'KITA' generasi MUDA yg mendominasi dirgantara NUSANTARA.
'AKU' hanya mencoba berdiri di puncak TERTINGGIku".

No comments:

Post a Comment