Wednesday, June 15, 2011

PENDEKATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN LAUT ARCHIPELAGIC STATE


Saya hanya salah satu yang berusaha menarik pelatuk wacana bahari biar menjadi seksi untuk dilirik kemudian sama-sama kita menantang gelombang laut. Saat ini isunya saja yang tidak mengaung padahal Negara kita kan dilingkupi sebuah medium statis yang disebut laut. Isu bahari saat ini hanya sebatas pariwisata saja di iklan-iklan manapun. Hanya segelintir orang yang mau peduli pada asinnya suasana laut.
Kita belum memandang laut sebagai ruang yang perlu diperhatikan secara romantic seperti kejayaan masyarakat laut dahulu kala. Negeri /kerajaan laut yang menjadikan laut sebagai sahabat dan mampu menjadi sector terkuat melandasi perkembangan ekonomi, politik, social-budaya, dan pertahanan negerinya.
Sejarah telah mencatat bahwa jatuh dan bangunnya peradaban bangsa yang tinggal di kepulauan nusantara sangat dipengaruhi oleh penguasaan lautan. Kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya dan Majapahit berhasil menguasai dan memakmurkan kerajaannya melalui kekuatan armada lautnya. Bahkan serikat dagang Belanda (VOC) mampu menjajah nusantara selama 3,5 abad dengan kemampuannya menguasai lautan. Tidak dapat dipungkiri bahwa laut merupakan suatu aset untuk kedaulatan dan kemakmuran bangsa Indonesia. (Makalah : Sumber Daya Laut Indonesia Dan Pengelolannya. Oleh : Imam Basuki, Edward Sembiring, Dewi Safitriani, Desmawati Simanjuntak . 2009 )
Saya kira juga deklarasi juanda 13 desember 1967 lebih memperjelas bahwa nusantara ini Negara kepulauan/ archipelagic state yang luar biasa kekayaannya dan mendasari konsep wawasan nusantara yang kita kenal saat ini. Yah……..lanjut.
Laut Indomesia memiliki luas lebih kurang 5,8 juta km² dengan garis pantai sepanjang 81.000 km yang berisikan berbagai potensi sumber daya, terutama perikanan laut yang cukup besar baik dari segi kuantitas maupun diversitasnya(http://ikasiwalima.wordpress.com)
Kebijakan pembangunan kelautan secara berkelanjutan, perlu diterjemahkan secara seksama dalam bentuk langkah-langkah konkret yang dirumuskan sebagai sebuah konsep. Konsep tersebut disusun atas dasar pertimbangan terhadap kepentingan-kepentingan semua pihak yang terlibat dalam pemanfaatan sumberdaya laut. Kata lestari megisyaratkan adanya tuntutan terhadap pengetahuan secara kuantitatif dan terukur sebagai acuan dalam perumusan kebijakan pemanfaatan sumberdaya laut yang berkelanjutan. Selanjutnya setiap tindakan yang dilakukan terhadap pemanfaatan sumberdaya ini, diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi peradaban manusia yang memanfaatkannya baik pada masa kini maupun masa mendatang.
Pemahaman terhadap makna dan fungsi laut bagi negara kepulauan merupakan faktor pertimbangan pendukung yang signifikan dalam perumusan kebijakan pemanfaatan sumberdaya laut di Indonesia. Dalam penyusunan kerangka pembangunan kelautan haruslah didasarkan pada suatu pemahaman fungsi laut, diantaranya :
1. Laut sebagai wilayah kedaulatan bangsa.
2. Laut sebagai lingkungan dan sumberdaya.
3. Laut sebagai media kontak sosial dan budaya.
4. Laut sebagai sumber dan media penyebar bencana alam.
(Makalah : Sumber Daya Laut Indonesia Dan Pengelolannya. Oleh : Imam Basuki, Edward Sembiring, Dewi Safitriani, Desmawati Simanjuntak . 2009 )
Berdasarkan UU No. 24 tahun 1992 pasal 1 tentang Penataan Ruang secara tegas menyebutkan bahwa Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara. Jadi jelaskan kalau laut itu salah satu ruang kita…?! Laut sebagai medium statis yang mungkin perlu ide-ide perancangan statis pula atau dinamis sekalipun. Hehehe saya jadi tidak tahu apa yang kubicarakan. Yah…….lanjut.
Secara arsitektural, laut sebagai ruang yang perlu penataan membutuhkan perencanaan-perencanaan strategis berdasar pada karakteristik kelautan tiap daerah, jadi perlu kajian khusus tiap daerah tanpa harus merancang konsep massal yang seragam dan belum tentu adaptif terhadap kondisi tempat terkait, baik sosialbudaya maupun kondisi topografi dan lainnya. Hingga tiba pada kajian arsitektural yang merancang ruang laut secara teknis maupun non teknis mendayagunakannya dan menjadikannya sebagai sumber utama kesejahteraan masyarakat. Hal ini berkaitan erat dengan judul skripsi saya yaitu : “Lembaga Penelitian Dan Pengembangan Kelautan Di Ternate Maluku Utara”. Yah…lumayan menjadi manifestasi arsitektural walaupun hanya dalam dunia akademik. Tapi paling tidak kan sudah ada kemauan untuk kemajuan kelautan kita. Bagaimana?
Merencanakan pembangunan laut memang harus melibatkan banyak pihak, yaitu pemerintah dalam hal ini sebagai pengambil kebijakan, pihak swasta, masyarakat, perusahaan-perusahaan terkait dan lain sebagainya. Karena konflik penataan ruang laut berputar pada siklus pihak-pihak tadi dengan berbagai kepentingannya. Ada ruang laut yang berstatus konservasi tapi masih saja diperkosa terus-menerus oleh pengusaha kaya atau penangkapan ikan dengan cara illegal misal bom ikan yang sangat merusak laut dan cukup mengganggu kelangsungan ekosistem laut, atau pencurian ikan di perbatasan laut kita yang merugikan Negara.
Kalau memang kendalanya sumber daya manusia, maka saya berhayal dalam skripsi saya untuk merumuskan konsep perancangan dan perencanaan Lembaga Penelitian Dan Pengembangan Kelautan Di Ternate Mauku Utara. Adalah sebuah lembaga yang mewadahi program penelitian dan pengembangan dunia kelautan. Dalam perencanaannya, lembaga ini mampu menjadi pusat penelitian kelautan dalam mendukung masyarakat mengolah laut dan menjadi pusat pengembangan dalam mengkaji dan menyediakan informasi dunia kelautan seperti pengetahuan kelautan, teknologi kelautan, budidaya dan lain sebagainya. Sehingga harapan pada perancangan dam perencanaannya lembaga ini mampu membantu program pemerintah khususnya Kementerian Perikanan Dan Kelautan Republik Indonesia menuju pengolahan laut yang lebih terarah dan akademis, efektif dan efisien dalam eksplorasinya, konservatif pelestariannya, kontsruktif pola pikir kebahariaan ilmiah dan lain sebagainya.
Ok. Sampai disini dulu……..saya mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif membangun pola pikir kita bersama dan intinya diskusi keilmuan. Apalagi saya sedang buntu dalam penggarapan skripsi. Hehehehehe…
Salam arsitektur…….!
Oleh : Zainul. Mahasiswa Arsitektur UMI Makassar